JAWA BARAT
CIREBON – 04/09/2025 Seorang anggota kepolisian Polsek Pabedilan, Aipda Duso Furwanto, berdiri di hadapan sekelompok warga di balai desa yang sederhana. Suasana terasa hangat, namun ada kekhawatiran yang terpancar dari wajah para penduduk. Aipda Duso, dengan seragam lengkapnya, tidak memilih cara yang formal. Ia berbicara dari hati ke hati, layaknya seorang sahabat.
”Bapak-ibu sekalian,” ia memulai dengan suara yang ramah namun jelas, “di era serba digital ini, informasi datang begitu cepat. Satu klik saja, kita bisa menerima ribuan pesan. Tapi, kita harus hati-hati. Tidak semua yang kita baca itu benar.”
Aipda Duso kemudian menjelaskan tentang bahaya berita bohong atau hoaks. Ia mengingatkan para warga agar jangan mudah percaya pada informasi yang provokatif, apalagi yang bertujuan memecah belah. Ia mengambil contoh sederhana tentang pesan berantai di grup-grup WhatsApp. “Coba cek dulu, siapa yang mengirim? Sumbernya dari mana? Apakah ada media kredibel yang juga memberitakan hal serupa?” tanyanya sambil tersenyum.
”Jangan sampai kita terhasut. Jangan biarkan jempol kita lebih cepat dari akal sehat,” lanjutnya, membuat beberapa warga tertawa. “Saring sebelum sharing. Itu kuncinya.”
Aipda Duso juga mengajak para warga untuk menjadi filter bagi lingkungan mereka. Ia meminta mereka untuk mengingatkan keluarga, tetangga, dan teman-teman agar tidak mudah menyebarkan informasi yang belum terverifikasi kebenarannya.
”Tugas saya sebagai polisi bukan hanya menjaga keamanan fisik, tapi juga keamanan mental dan sosial kita. Berita hoaks bisa merusak persatuan, menimbulkan perpecahan, bahkan memicu konflik. Mari kita jaga desa kita dari virus hoaks ini,” tegasnya.
Di akhir pertemuan, Aipda Duso Furwanto mengajak warga untuk bersama-sama membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial. Pesan yang ia sampaikan sangat sederhana, tetapi begitu kuat: bijak bermedia sosial demi menjaga persatuan bangsa.
SOFIYAN
REDAKTUR