Sudah tujuh tahun lamanya warga Dusun Cibenda, Desa Raharja, Kecamatan Tanjungsari hingga Desa Cikahuripan, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang harus rela melintasi jalan rusak parah dan berlubang setiap hari.
Alih-alih menjadi jalur utama yang layak, jalan penghubung dua kecamatan ini kini lebih mirip kubangan lumpur — bahkan warga menyebutnya “jalan penderitaan” setiap musim hujan tiba.
“Setiap hari kami lewat sini. Jalan makin hancur, lubang di mana-mana. Kalau hujan, motor sering tergelincir. Sudah lama dibiarkan tanpa perbaikan,” keluh Ade (52), warga Cibenda, Rabu (5/11/2025).
Bagi warga, kondisi ini semakin menyakitkan ketika mereka melihat postingan media sosial tentang pembangunan jalan di berbagai wilayah lain di Kabupaten Sumedang yang tampak mulus dan sudah diperbaiki.
“Kalau lihat di medsos, wilayah lain mah sudah bagus, jalan sudah dibangun semua. Tapi di sini sudah tujuh tahun belum juga tersentuh. Katanya pemerataan pembangunan, tapi kok kami tidak kebagian?” sindir salah satu pengguna jalan.
Warga pun mempertanyakan komitmen Pemkab Sumedang dalam mewujudkan pemerataan pembangunan. Pasalnya, jalan Cibenda–Cikahuripan merupakan akses vital yang menghubungkan perumahan, kawasan industri, dan jalur antar kecamatan, namun hingga kini tak juga masuk prioritas.
Menanggapi hal tersebut, Adi Kurniawan selaku Kaur Kesra yang mewakili Kepala Desa Cikahuripan, mengonfirmasi bahwa pihak pemerintah desa sudah beberapa kali melapor dan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang terkait kerusakan jalan tersebut.
“Panjang jalan di wilayah Desa Cikahuripan sekitar 300 meter lebih. Dari pihak kabupaten sudah datang dan melakukan pengecekan langsung. Bahkan, Pak Bupati Sumedang sudah dua kali meninjau ke sini,” jelas Adi Kurniawan.
Menurut Adi, berdasarkan informasi yang diterima dari hasil kunjungan tersebut, pembangunan jalan ini direncanakan akan direalisasikan pada pertengahan November 2025.
“Dari kabupaten sudah ada respon, katanya sudah diajukan ke Pak Bupati dan rencananya akan dibangun pertengahan bulan November. Jadi, sekarang kami di desa tinggal menunggu janji realisasi itu,” katanya dengan nada berharap.
Namun di tengah penantian panjang itu, warga mulai pesimis. Mereka khawatir janji perbaikan jalan hanya akan berakhir menjadi janji manis tanpa realisasi nyata.
“Kami berharap kali ini benar-benar direalisasikan, bukan sekadar tinjauan dan janji. Karena kami sudah terlalu lama menunggu,” pungkas warga dengan nada kecewa.
* Tim Liputan

