Sumedang, Warta TNI POLRI Sabtu 1 November 2025 - Inovasi ramah lingkungan kembali hadir dari dunia pendidikan. SD Negeri Margajaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, berhasil menghadirkan Program Bank Sampah Sekolah sebagai langkah kreatif dalam mengatasi persoalan lingkungan sekaligus mendukung kegiatan belajar mengajar tanpa harus membebani orang tua siswa.
Program yang telah berjalan hampir dua bulan ini merupakan hasil kolaborasi antara pihak sekolah, komite, dan masyarakat. Setiap minggu, para siswa membawa sampah dari rumah untuk dikumpulkan, dipilah, dan dijual ke pengepul. Hasilnya kemudian ditabung secara transparan untuk mendukung berbagai kegiatan sekolah.
Kepala Sekolah: Mendidik Siswa Peduli Lingkungan Sejak Dini
Kepala Sekolah SDN Margajaya, Rohmat,S.Ag melalui perwakilannya Lilis Hadijah, S.Pd.SD, menyampaikan bahwa kegiatan Bank Sampah merupakan bagian dari program Sekolah Ramah Lingkungan (SRL) yang berkelanjutan dan sarat dengan nilai pendidikan karakter.
“Kami berterima kasih kepada komite dan seluruh pihak yang telah berjibaku membangun kegiatan ini. Program ini bukan sekadar gebrakan, tetapi langkah nyata pendidikan lingkungan yang berkelanjutan,” ujar Lilis Hadijah, S.Pd.SD, mewakili Kepala Sekolah Rohmat, S.Ag
“Kami ingin menumbuhkan kesadaran pada siswa agar mencintai lingkungan dan mampu mengelola sampah dengan bijak.”
Peran Komite: Sinergi dan Kreativitas untuk Sekolah
Ketua Komite SDN Margajaya, Ujang Sahroni, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan simbol sinergi antara sekolah dan masyarakat dalam membentuk karakter siswa yang peduli terhadap lingkungan.
“Kami menitikberatkan agar anak-anak peduli terhadap lingkungan, cinta kebersihan, dan terbiasa hidup sehat. Sekolah harus menjadi tempat yang nyaman dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Sementara itu, Abdul Bassit, selaku Sekretaris Komite sekaligus penggagas program, menjelaskan bahwa ide Bank Sampah lahir dari keterbatasan dana BOS yang tidak mencukupi semua kegiatan sekolah.
“Biaya BOS tidak semuanya menutupi kebutuhan. Maka kami mencari solusi agar kegiatan tetap berjalan tanpa pungutan. Dari situlah ide Bank Sampah muncul,” tutur Abdul Bassit.
Ia menambahkan bahwa program ini tidak hanya mengajarkan pengelolaan sampah, tetapi juga menjadi media edukasi finansial dan karakter bagi siswa.
“Setiap siswa dari kelas I sampai VI memiliki buku tabungan Bank Sampah masing-masing. Setiap hasil penjualan dicatat dan diumumkan secara transparan. Jadi anak-anak belajar menabung sekaligus menjaga lingkungan,” jelasnya.
Setiap minggu, hasil pengumpulan sampah bisa mencapai Rp50.000–Rp60.000, dan seluruhnya digunakan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar siswa.
“Dari sampah yang tadinya rujit, ternyata bisa jadi duit. Artinya, sampah bisa membawa berkah,” ujarnya penuh semangat.
Untuk memperkuat gerakan ini, komite juga membentuk forum “Komite Kawan Gaul” (Gerakan Aksi untuk Lingkungan), yang menjadi wadah kolaborasi antara guru, orang tua, dan masyarakat dalam menumbuhkan kesadaran ekologis bersama.
Apresiasi Masyarakat: Dampak Nyata dan Harapan Sinergi ke Depan
Program Bank Sampah SDN Margajaya juga mendapat sambutan positif dari masyarakat. Tokoh masyarakat peduli lingkungan, Hj. Ade, menyebut kegiatan ini membawa manfaat besar bagi kebersihan lingkungan dan pembentukan karakter siswa.
“Alhamdulillah, dengan adanya Bank Sampah di SDN Margajaya, lingkungan masyarakat pun terbantu kebersihannya. Anak-anak juga belajar disiplin dan tanggung jawab. Ini pendidikan karakter yang luar biasa,” ujar Hj. Ade.
Ia berharap agar ke depan, kegiatan ini dapat didukung dan dikembangkan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah.
“Harapan saya, semoga SDN Margajaya bisa terus bersinergi ke depannya dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan dinas-dinas lain yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan, agar kegiatan ini semakin optimal dan berkelanjutan,” tutupnya.
M.Salman


