Candaan Bernada Kasar, Bukti Lunturnya Etika Pendidikan di Sekolah Dasar

Sumedang,wartatnipolri.net Dunia pendidikan di Kabupaten Sumedang kembali disorot publik.
Seorang oknum guru berinisial( N), yang mengajar di SDN Pasarean wilayah Sumedang Selatan, kedapatan melontarkan ucapan bernada kasar di depan para siswa-siswinya di lingkungan sekolah.
Perilaku tersebut mencerminkan lunturnya etika sebagian pendidik yang seharusnya menjadi teladan di dunia pendidikan dasar.

Peristiwa itu terjadi saat kegiatan pembelajaran menanam tanaman jahe di halaman sekolah.
Pada saat bersamaan, awak media tengah berada di lokasi untuk menanyakan kegiatan rapat para kepala sekolah yang sedang berlangsung di SDN Pasarean.

Dari arah samping halaman, awak media mendengar langsung suara keras dari oknum guru ( N) yang sedang membimbing siswa.
Kalimat yang keluar pun terdengar jelas:

“Kadararie budak lalaki bisi di cabok!”

Ucapan bernada kasar itu sontak membuat suasana sekitar mendadak hening.
Awak media yang mendengar langsung pun kaget dan segera mendatangi oknum guru tersebut untuk mengonfirmasi maksud dari ucapannya yang dianggap tidak pantas diucapkan di hadapan para murid sekolah dasar.

Saat dikonfirmasi, oknum guru (N) berdalih bahwa ucapannya hanyalah bentuk candaan kepada anaknya sendiri yang juga bersekolah di sana.
Namun ironisnya, kalimat tersebut diucapkan di depan para siswa-siswi lainnya saat jam belajar berlangsung.

“Saya cuma bercanda, biar anak-anak nurut. Saya juga ngomong begitu ke anak saya sendiri,” ujar oknum guru (N) kepada awak media.

Meski disebut candaan, ucapan tersebut justru mencerminkan lunturnya etika pendidikan di sekolah dasar.
Seorang guru seharusnya menjadi sosok yang menanamkan nilai moral dan karakter, bukan melontarkan kata-kata yang berpotensi menimbulkan rasa takut bagi siswa.
Kata-kata kasar, meskipun dimaksudkan bercanda, tetap tidak memiliki tempat dalam ruang pendidikan.
Perilaku seperti ini menunjukkan bahwa kekerasan verbal masih menjadi bagian dari budaya sekolah yang perlu segera diubah.
Guru adalah teladan, panutan, dan pengayom bagi peserta didik — bukan sosok yang membentuk disiplin dengan tekanan.

Publik berharap Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang segera melakukan pembinaan dan pengawasan lebih tegas terhadap para tenaga pendidik agar kejadian serupa tidak kembali terjadi.

Sebab, pendidikan tidak hanya diukur dari ilmu yang diajarkan, tetapi dari tutur kata dan sikap seorang guru.
Dan ketika candaan bernada kasar mulai dianggap hal biasa, di situlah nilai luhur pendidikan mulai kehilangan maknanya.

Tim Liputan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama